Selasa, 25 November 2008

Waduk Kedungombo

Waduk Kedung Ombo (WKO) merupakan salah satu bendungan terbesar yang pernah dibangun oleh pemerintah. Waduk yang mulai dibangun pada tahun 1980 dan selesai pada tahun 1991 ini terletak di 3 (tiga) wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Sragen, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Grobogan. Waduk Kedung Ombo dibangun pada pertemuan Sungai Uter dan Sungai Serang yang terletak di Dukuh Kedungombo, Desa Ngrambat, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan.



Kawasan Waduk Kedung Ombo mempunyai area seluas 6.576 Ha yang terdiri dari lahan perairan seluas 2.830 Ha dan lahan daratan seluas 3.746 Ha. Pemanfaatan WKO baru sebatas untuk irigasi, PLTA, perikanan, dan yang sekarang sedang dikembangkan adalah pengembangan potensi WKO di bidang pariwisata. Keberadaan WKO tidak hanya memberikan manfaat bagi tiga kabupaten yang menjadi daerah genangannya, namun juga bagi daerah-daerah lain. Sebagai contoh, daerah-daerah yang mendapatkan pelayanan irigasi dari WKO antara lain Demak, Kudus, dan Pati. Bahkan air WKO juga melayani sebagian kebutuhan air minum di Kota Semarang.





TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN WKO



WKO Dulu



Di waktu yang lalu, keberadaan WKO tidak bisa dilepaskan dari kesan negatif yang melekat padanya. Kesan negatif yang muncul akibat proses pembangunan waduk tersebut. Banyak warga masyarakat yang merasa sangat dirugikan karena rumah dan desa yang mereka huni harus ditenggelamkan untuk dijadikan daerah genangan air Waduk Kedung Ombo. Bagi mereka, WKO merupakan cermin ketidakadilan pada masa pemerintahan Orde Baru, yang antara lain berhubungan dengan ganti rugi tanah dan pelanggaran hak asasi manusia.



Ketika itu mungkin tidak pernah terpikir di benak masyarakat bahwa pembangunan Waduk Kedung Ombo akan memberikan manfaat yang besar bagi pembangunan dan perkembangan di daerah tersebut, serta peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat. Mengingat daerah di sekitar WKO yang gersang sehingga sangat tidak mendukung bagi perekonomian masyarakat. Akibatnya, kondisi masyarakat di sekitar WKO pada umumnya miskin.





WKO Sekarang



Perkembangan pembangunan WKO yang telah dicapai pada masa ini mungkin tidak pernah terpikirkan oleh masyarakat sebelumnya. Berbagai potensi yang dimiliki oleh kawasan Waduk Kedung Ombo telah banyak yang dimanfaatkan dan dikembangkan. Saat ini, Pemerintah Kabupaten Sragen sedang berupaya untuk mengoptimalkan potensi WKO untuk memberdayakan masyarakat dan meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Konsep pengembangan kawasan WKO bertumpu pada potensi alam dengan tetap memperhatikan kelestarian alam. Konsep pengembangan ini bertujuan untuk meningkatkan daya tarik wisata sekaligus meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat dengan tanpa meninggalkan upaya konvervasi alam, baik darat, air, maupun udara. Dengan demikian, pelestarian alam dapat sejalan dengan peningkatan kesejahteraan rakyat,



Potensi-potensi kawasan Waduk Kedung Ombo yang telah dikembangkan antara lain :



1. Bidang Perikanan



Potensi wilayah perairan WKO yang dapat dikembangkan untuk usaha budidaya ikan adalah seluas 2.830 Ha, sedangkan yang telah diusahakan oleh masyarakat adalah seluas 28 Ha untuk budidaya ikan nila merah, karper, gurame, dan patin. Ikan-ikan tersebut ada yang dipelihara dengan sistem keramba apung.



Ikan-ikan yang dihasilkan dari WKO sehat dan aman untuk dikonsumsi karena tidak tercemar oleh bahan atau zat yang dapat membahayakan kesehatan. Hal ini karena perairan WKO adalah salah satu perairan yang bebas dari pencemaran limbah kimia berbahaya yang berasal dari limbah pabrik atau industri. Masyarakat bisa berbelanja ikan-ikan tersebut di pasar ikan yang berada di sekitar waduk.



2. Bidang Pariwisata



Kawasan WKO memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai salah satu daerah tujuan wisata unggulan di Kabupaten Sragen. Banyak sisi menarik yang bisa menjadi faktor penarik para wisatawan untuk berkunjung ke kawasan ini. Salah satunya adalah WKO berada di lokasi yang strategis dalam artian kawasan ini terletak di posisi yang berdekatan dengan objek dan daya tarik wisata lain yang juga dimiliki oleh Kabupaten Sragen, antara lain : Wisata Ziarah Makam Pangeran Samudro di Gunung Kemukus yang berada di tepi Waduk Kedung Ombo; ODTW Museum Sangiran di Kalijambe yang berjarak ± 14 KM dari WKO; Wisata Ziarah di Makam Joko Tingkir dan ayahnya (Ki Kebo Kenongo) di Desa Butuh, Kecamatan Plupuh yang berjarak ± 35 KM dari WKO; dan Desa Wisata Batik Kliwonan di Kecamatan Masaran yang berjarak ± 37 KM dari WKO. Dengan demikian, para wisatawan bisa dengan mudah mengunjungi beberapa ODTW yang dimiliki oleh Kabupaten Sragen dengan tanpa menghabiskan banyak waktu untuk perjalanan. Selain itu, letak ODTW yang saling berdekatan ini memberikan peluang bagi masyarakat yang ingin membuat paket perjalanan atau usaha biro pariwisata.



Berbagai aktivitas menarik bisa dilakukan oleh para wisatawan di WKO, antara lain menikmati keindahan panorama WKO, memancing ikan, berbelanja di pasar ikan, dan berpetualang dengan perahu motor di pulau seluas 20 Ha yang berada di tengah waduk. Selain itu, di kawasan WKO telah berdiri sebuah lapangan pacuan kuda “Nyi Ageng Serang” yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas pendukung yang cukup memadai. Lapangan pacuan kuda seluas ± 15 Ha dengan panjang lintasan 600 M dan lebar lintasan 14 M ini merupakan miniatur dari lapangan pacuan kuda Pulomas di Jakarta dan pernah menjadi tuan rumah untuk kejuaraan pacuan kuda tingkat nasional. Kejuaraan pacuan kuda merupakan kegiatan rutin tahunan di kawasan WKO, yang tentu akan menjadi salah satu atraksi wisata yang menarik dan sayang untuk dilewatkan.



Selain itu, di hari-hari biasa para wisatawan dapat berkeliling (hiking) di sekitar WKO dengan naik kuda yang telah disediakan. Topografi yang bergelombang namun tidak terlalu curam memberikan daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang menyukai petualangan.



Fasilitas lain yang juga tersedia di kawasan wisata WKO adalah homestay. Para wisatawan yang berkunjung ke WKO dapat tinggal di rumah penduduk di sekitar kawasan, melihat dari dekat kehidupan sehari-hari masyarakat setempat, dan bahkan menjalani kehidupan seperti penduduk lokal untuk beberapa waktu. Dengan adanya fasilitas homestay ini diharapkan para wisatawan yang berkunjung mendapatkan pengalaman berwisata yang berbeda dan kenangan yang mendalam akan objek wisata ini.



Selain itu, pada saat ini sedang dibangun resto apung untuk melengkapi sarana penunjang pariwisata di kawasan wisata WKO. Para wisatawan dapat menikmati berbagai hidangan di tempat makan yang nyaman yang berada di atas air.



3. Bidang Olahraga



Berbagai aktivitas olahraga dapat dilakukan di kawasan wisata WKO, antara lain berkuda, menjelajah, memancing, berenang, naik sampan/canoe, bersepeda, berkemah, dan sebagainya. Selain itu, di kawasan WKO juga akan disediakan fasilitas untuk olahraga yang lain, misalnya jet ski dan terbang layang (gantole).





WKO di Masa Depan



Kawasan wisata Waduk Kedung Ombo akan terus berbenah. Pembangunan di kawasan ini tidak berhenti sampai di sini. Beberapa rencana pembangunan dan pemanfaatan potensi kawasan wisata WKO di berbagai bidang telah dirancang dan terbuka peluang yang lebar bagi para calon investor untuk turut berperan serta dalam pembangunan dan pengembangannya. Pengembangan diarahkan pada perbaikan dan peningkatan fasilitas yang sudah ada dan penambahan fasilitas baru.



Rencana pengembangan kawasan wisata Waduk Kedung Ombo antara lain:



Pembangunan taman safari



Pembangunan agrowisata jeruk dan lengkeng



Pembangunan bumi perkemahan (camping ground)



Peningkatan pemanfaatan lahan untuk budidaya sayuran dan buah



Budidaya ternak walet



Pembangunan dan penyediaan fasilitas olahraga air



Pembangunan dan penyediaan fasilitas olahraga terbang layang (gantole)



Pembangunan resort



Pembangunan dermaga



Pembangunan jaringan kereta gantung



Pembangunan tempat pelelangan ikan



Pembangunan pasar lelang sapi



Pembangunan kolam renang



Pembangunan lapangan mini golf dan lapangan tenis



Pembangunan sarana dan prasarana (jalan, jembatan, jaringan telepon, tempat parkir, jaringan listrik, air bersih, dan sebagainya) Pembangunan arena bermain (play ground)



Pembangunan rumah makan dan penginapan,

Gunung Kemukus

bjek Wisata Ziarah Makam Pangeran Samudro yang lebih dikenal dengan sebutan “GUNUNG KEMUKUS” selalu menarik untuk diulas. Hal yang menjadikan objek wisata ini menarik adalah pandangan pro dan kontra tentang Makam Pangeran Samudro itu sendiri dan kisah yang beredar di tengah masyarakat.

Ada 2 (dua) paradigma yang berkembang di tengah masyarakat tentang Makam Pangeran Samudro atau Gunung Kemukus. Pertama, adanya keyakinan di sebagian masyarakat bahwa
apabila ingin ngalap berkah atau permohonannya terkabul, maka orang yang datang ke Makam Pangeran Samudro harus melakukan ritual berhubungan intim dengan lawan jenis yang bukan
suami atau istrinya selama 7 (tujuh) kali dalam satu lapan ( 1 lapan = 35 hari).
Paradigma negatif ini perlu diluruskan agar para peziarah tidak terjebak dalam paradigma dan kepercayaan yang keliru. Setiap peziarah atau pengunjung yang menginginkan permohonan atau keinginannya terkabul haruslah memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan berdo’a dan berusaha di jalan yang benar. Singkatnya, paradigma negatif yang berkembang di tengah masyarakat tersebut tidak benar adanya.

Kedua, berziarah ke Makam Pangeran Samudro atau Gunung Kemukus adalah suatu kegiatan ritual yang mengandung nilai keutamaan dengan mengingat jasa dan keluhuran jiwa dari figur yang diziarahi. Dengan berziarah di tempat tersebut, manusia diharapkan untuk selalu ingat akan kematian sehingga dalam kehidupan sehari-hari mereka akan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan selalu berbuat kebaikan sesuai dengan keluhuran jiwa dan teladan dari figur yang diziarahi.

Sejarah Pangeran Samudro

Pangeran Samudro adalah putra Raja Majapahit terakhir dari ibu selir. Ketika Kerajaan Majapahit runtuh, Pangeran Samudro tidak ikut melarikan diri seperti saudara-saudaranya yang lain. Bahkan beliau bersama ibunya ikut diboyong ke Demak Bintoro oleh Sultan Demak. Pada waktu itu beliau telah berusia 18 tahun.

Selama berada di Demak, Pangeran Samudro mendapat bimbingan ilmu agama dari Sunan Kalijaga. Ketika dirasa cukup dan usianya telah semakin dewasa maka atas petunjuk dari Sultan Demak melalui Sunan Kalijaga, Pangeran Samudro diperintahkan untuk berguru tentang agama Islam kepada Kyai Ageng Gugur dari Desa Pandan Gugur di lereng Gunung Lawu sekaligus mengemban misi suci untuk menyatukan saudara-saudaranya yang telah tercerai berai. Pangeran Samudro mentaati nasehat tersebut dan pergi berguru pada Kyai Ageng Gugur dengan didampingi oleh dua abdinya yang setia.

Selama berguru kepada Kyai Ageng Gugur, Pangeran diberi ilmu tentang intisari ajaran Islam secara mendalam. Selama itu pula, Pangeran tidak mengetahui bahwa Kyai Ageng Gugur sebenarnya adalah kakaknya sendiri. Ketika dirasa Pangeran Samudro telah menguasai ilmu yang diajarkan, Kyai Ageng Gugur baru menceritakan siapa beliau sesungguhnya. Betapa terkejutnya Pangeran Samudro mendengar cerita tersebut, karena beliau teringat akan amanat Sultan Demak untuk menyatukan saudara-saudaranya. Akhirnya, Pangeran Samudro menceritakan tentang amanat tersebut. Ternyata Kyai Ageng Gugur bisa menerima dan bersedia dipersatukan kembali dan ikut membangun Kerajaan Demak.

Setelah selesai berguru dan tercapai maksud tujuannya, Pangeran Samudro dan dua abdinya kembali ke Demak. Mereka berjalan ke arah barat dan sampailah mereka di Desa Gondang Jenalas (sekarang wilayah Gemolong) kemudian mereka beristirahat untuk melepaskan lelah. Di dukuh tersebut mereka bertemu dengan orang yang berasal dari Demak (Wulucumbu Demak) yang bernama Kyai Kamaliman. Di dukuh ini, Pangeran Samudro berniat bermukim sementara untuk menyebarkan agama Islam.

Setelah dirasa cukup, mereka kembali melanjutkan perjalanan ke arah barat dan sampai di suatu tempat di padang “oro-oro” Kabar. Sampai sekarang tempat tersebut dikenal dengan nama Dusun Kabar, Desa Bogorame (Gemolong). Di tempat ini Pangeran Samudro terserang sakit panas. Walaupun demikian, perjalanan tetap dilanjutkan sampai ke Dukuh Doyong (wilayah Kecamatan Miri). Karena sakit yang diderita semakin parah, Pangeran memutuskan untuk beristirahat di dukuh tersebut.

Ketika sakitnya semakin parah dan dirasa akan sampai pada ajalnya/hampir meninggal, Pangeran Samudro memerintahkan salah seorang abdinya untuk mengabarkan kondisinya kepada Sultan di Demak. Seusai mendengar amanat Sultan, abdi tersebut diperintahkan untuk segera kembali. Dan ketika abdi tersebut kembali ke tempat di mana Pangeran beristirahat, Pangeran Samudro telah meninggal. Selanjutnya sesuai dengan petunjuk Sultan, jasad Pangeran Samudro dimakamkan di perbukitan di sebelah barat dukuh tersebut.

Sebelum pemakaman, diadakan musyawarah di antara orang-orang yang memiliki lahan di sekitar wilayah itu. Mereka bersepakat bahwa lokasi bekas perawatan/peristirahatan Pangeran Samudro akan didirikan desa baru dan diberi nama “Dukuh Samudro” yang sampai kini terkenal dengan nama “Dukuh Mudro”.

Sejarah Penamaan Gunung Kemukus

Pangeran Samudro dan pengikutnya sebenarnya sangat diharapkan untuk kembali ke Kasultanan Demak oleh Sultan Demak, namun ajal terlebih dahulu menjemput Pangeran Samudro. Sultan Demak mengatakan, “Menurut hematku bahwa sakitnya Si Samudro itu sudah tidak bisa diharapkan untuk membaik dan jauh kemungkinan untuk sampai ke Demak. Kiranya jika memang sudah menjadi suratan Yang Maha Kuasa bahwasanya sampai di situ saja riwayatnya, maka saya memberi petunjuk jika Si Samudro sudah sampai ajalnya, maka kebumikanlah jasadnya pada suatu tempat di bukit arah barat laut dari tempat Pangeran Samudro meninggal. Sebab boleh jadi kelak di sekitar tempat itu akan menjadi ramai sehingga dijadikan tauladan orang-orang di sana”.
Pada awalnya keadaan di lokasi Makam Pangeran Samudro sangatlah sepi dan jarang dijamah orang karena letaknya di tengah hutan belantara, serta banyak dihuni oleh binatang-binatang buas. Namun, sedikit demi sedikit keadaan berubah setelah daerah tersebut dihuni oleh para penduduk.

Selanjutnya diterangkan bahwa di atas bukit tempat Pangeran Samudro dimakamkan, apabila menjelang musim hujan ataupun kemarau tampaklah kabut-kabut hitam seperti asap (kukus). Karena hal itulah, penduduk setempat menyebut bukit itu “Gunung Kemukus” sampai dengan saat ini. Demikianlah asal-usul Gunung Kemukus.

Sejarah Sendang Ontrowulan

Setelah menerima kabar dari Abdi Dalem Pangeran Samudro, Sultan Demak kemudian menyampaikan berita meninggalnya Pangeran Samudro tersebut kepada ibu Pangeran Samudro, R.Ay. Ontrowulan. Terkejutlah beliau mendengar berita tersebut dan memutuskan untuk menyusul ke tempat Pangeran Samudro dimakamkan. Kepergian ibunda Pangeran Samudro ke makam putranya diantar oleh abdi Pangeran Samudro yang setia. Ibunda Pangeran Samudro berniat untuk bermukim di dekat Makam Pangeran Samudro dan merawat makam putranya tersebut.
Setelah sampai di pemakaman, ibunda Pangeran Samudro langsung merebahkan badannya sambil merangkul pusara putra satu-satunya yang amat dicintainya. Sampai pada suatu ketika ia merasa bertemu kembali dengan putranya serta dapat bertatap muka dan berdialog secara gaib :
“Oh Ananda begitu sampai hati meninggalkan aku dan siapa lagi yang kutunjuk sebagai gantimu, hanya engkau satu-satunya putraku dan aku tidak dapat berpisah denganmu”.
Jawab Pangeran Samudro :
“Oh Ibunda, Bunda tentu tidak dapat berkumpul dengan Ananda sebab ibunda masih berbadan jasmani dan selama belum melepas raga, untuk itu harus bersuci terlebih dahulu di sebuah “sendang” yang letaknya tidak jauh dari tempat ini”.
Setelah terbangun dan tersadar dari pertemuan dengan putranya, beliau pun bangkit dan pergi ke sendang yang dikatakan putranya untuk bersuci. Setelah itu, rambutnya yang sudah terurai dikibas-kibaskan dan jatuhlah bunga-bunga penghias rambutnya. Konon bunga-bunga tersebut tumbuh mekar menjadi pepohonan “Nagasari” yang dapat dijumpai di sekitar lokasi hingga kini.
Oleh karena tebalnya rasa kepercayaan ibunda Pangeran Samudro yang melampaui batas keprihatinan, beliau akhirnya dapat mencapai muksa secara gaib sampai badan jasmaninya. Hal ini dikarenakan tak seorang pun tahu kemana perginya R.Ay. Ontrowulan atau dengan kata lain ibunda Pangeran Samudro hilang tak tentu rimbanya. Untuk mengenang peristiwa tersebut tempat bersuci R.Ay. Ontrowulan, diberi nama “Sendang Ontrowulan”.

Silsilah Pangeran Samudro

INTI ZIARAH DI MAKAM PANGERAN SAMUDRO
Sejarah dan Waktu Ziarah di Makam Pangeran Samudro
1. Setiap hari selalu ada pengunjung yang berziarah ke Makam Pangeran Samudro meskipun
tidak banyak. Beberapa di antara mereka bahkan ada yang melakukan suatu pantangan/sesirih
tertentu, misalnya melakukan pati geni selama beberapa hari di sana.
2. Setiap Kamis malam Jum’at jumlah pengunjung lebih banyak dari hari-hari biasa.
3. Setiap Kamis malam Jum’at Pon dan Kamis malam Jum’at Kliwon merupakan puncak kunjungan
wisatawan/peziarah. Tidak kurang dari 10.000 pengunjung dari berbagai daerah di Jawa dan
luar Jawa datang untuk berziarah di tempat ini.

Puncak kunjungan wisatawan/peziarah di Gunung Kemukus terjadi setiap malam Ju’mat Pon di bulan Suro/Muharam. Pengunjung malam Jum’at Pon di bulan Suro/Muharam mencapai 15.000 orang dan pada malam Jum’at Kliwon di bulan Suro/Muharam mencapai 7.000 orang. Pada hari pertama di bulan Suro/Muharam diadakan ritual pencucian selambu makam Pangeran Samudro, yang biasa disebut dengan ritual Larab Slambu/Larab Langse, yang dilanjutkan dengan pentas wayang kulit semalam suntuk sebagai acara rutin tahunan di objek wisata ini.

Waktu yang tepat untuk berziarah menurut literatur yang ada dan tradisi masyarakat di sekitar Gunung Kemukus adalah hari Kamis malam Jum’at Pon. Hal ini bertolak dari kisah pada zaman kerajaan Demak, sebagai berikut :
Pada suatu ketika di hari Jum’at Pon setelah Sultan Demak melaksanakan sholat berjamaah (Jum’atan), beliau melayangkan pandangannya ke atas dan dilihatnya sebuah bingkisan. Kejadian tersebut tidak diketahui oleh seorang pun kecuali oleh Sultan sendiri. Bingkisan tersebut lalu diambil dan didalamnya terdapat kain putih yang bertuliskan “Ini adalah pakaian untuk bekel (Senopati) Tanah Jawa”. Sebuah benda berbentuk “Kotang Ontokusumo”. Kemudian menurut adat, pakaian ini dikenakan oleh orang yang akan memangku jabatan Pangeran Pali.
Kemudian kejadian itu dijadikan sebagai dasar / ketentuan dengan para wali. Ketentuan di mana apabila Sultan Demak berkenan mengadakan pertemuan dengan para wali, maka waktunya ditentukan yaitu tepat pada hari Jum’at Pon untuk memperingati peristiwa penemuan Pusaka Kotang Ontokusumo.

Berdasarkan pada cerita tersebut, masyarakat sekitar kemudian menjadikan malam Jum’at Pon sebagai puncak tahlilan/do’a bersama. Sampai saat ini, pada setiap malam Jum’at Pon banyak orang berduyun-duyun datang untuk berziarah ke Makam Pangeran Samudro di Gunung Kemukus.

Inti Ziarah di Makam Pangeran Samudro

“Sing sopo duwe panjongko marang samubarang kang dikarepke bisane kelakon iku kudu sarono pawitan temen, mantep, ati kang suci, ojo slewang-sleweng, kudu mindeng marang kang katuju, cedhakno dhemene kaya dene yen arep nekani marang panggonane dhemenane” (Kadjawen, Yogyakarta : Oktober 1934)
“Barang siapa berhasrat atau punya tujuan untuk hal yang dikehendaki maka untuk mencapainya harus dengan kesungguhan, mantap, dengan hati yang suci, jangan serong kanan / kiri harus konsentrasi pada yang dikehendaki / yang diinginkan, dekatkan keinginan, seakan-akan seperti menuju ke tempat kesayangannya / kesenangannya”.

Petikan naskah atau wacana tersebut memang dapat ditafsirkan keliru, khususnya oleh masyarakat awam. Ada pendapat yang keliru yang mengatakan bahwa apabila berziarah ke Makam Pangeran Samudro harus seperti ke tempat kekasih/dhemenan dalam pengertian bahwa berziarah ke sana harus membawa isteri simpanan atau teman kumpul kebo serta melakukan hubungan seksual dengan bukan istri atau suami yang sah.. Parahnya, pendapat tersebut telah diterima oleh sebagian besar masyarakat.

Akan tetapi pandangan atau pendapat tersebut tidak benar dan perlu diluruskan. Munculnya pendapat tersebut berawal dari penafsiran pengertian kata “dhemenan”. Pengertian kata “dhemenan” dalam bahasa Jawa diartikan kekasih lain yang bukan isteri/suami sah (pasangan kumpul kebo), kekasih gelap, isteri/suami simpanan. Sehingga pengertiannya menjadi apabila ziarah ke Makam Pangeran Samudro harus membawa dhemenan.

Arti sesungguhnya dari kata “dhemenan” dalam konteks naskah dalam bahasa Jawa tersebut adalah keinginan yang diidam-idamkan, cita-cita yang ingin segera terwujud/tercapai seperti seakan-akan ingin menemui kekasih.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa inti ziarah di Makam Pangeran Samudro di Gunung Kemukus adalah apabila punya kemauan, cita-cita yang ingin dicapai atau apabila menghadapi rintangan yang menghalangi jalan untuk mencapai cita-cita/tujuan tersebut harus dilakukan dengan cara sungguh-sungguh, hati yang bersih suci dan konsentrasi pada cita-cita dan tujuan yang akan dicapai/dituju. Dengan demikian, terbukalah jalan untuk mencapai cita-cita dan tujuan tersebut dengan mudah.

Nilai-nilai Keteladanan Pangeran Samudro

Apabila saat ini Makam Pangeran Samudro selalu ramai dikunjungi oleh peziarah adalah karena adanya keyakinan bahwa semasa hidupnya Pangeran Samudro adalah orang yang mulia, besar jasanya pada bangsa dan negara, serta selalu berbuat baik dan menghormati sesama.
Hal-hal yang perlu diteladani oleh para peziarah dari seorang figur Pangeran Samudro adalah :
1. Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Menghargai orang tua sebagai perantara lahir manusia ke dunia.
3. Selalu taat dan setia kepada negara dan Sultan (Pemerintah)
4. Tidak takut menghadapi kesukaran,dan penderitaan dalam menunaikan tugas.
5. Seorang tokoh pendamai/pemersatu bangsa dan selalu bertanggung jawab.

INFORMASI UMUM

Lokasi Administratif

Secara administratif, Obyek Wisata Gunung Kemukus terletak di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.
Letak Geografis

Secara geografis, Objek Wisata Gunung Kemukus terletak sekitar ± 29 KM di sebelah utara kota Solo. Dari Sragen sekitar 34 KM ke arah utara. Jarak tersebut bisa dicapai dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.

Dari kota Sragen dapat ditempuh selama ± 45 menit dengan kendaraan bermotor melewati jalan Sragen - Pungkruk/Sidoharjo - Tanon - Sumberlawang/Gemolong - Gunung Kemukus.
Dari kota Solo dapat menggunakan kendaraan bermotor selama ± 30 menit, melewati jalan Solo – Purwodadi turun di Barong kemudian menuju Gunung Kemukus dengan perahu menyeberangi Waduk Kedung Ombo.

Spesifikasi Makam Pangeran Samudro di Gunung Kemukus

Kawasan Gunung Kemukus merupakan sebuah bukit dengan ketinggian sekitar 300 meter di atas permukaan laut. Dengan dibangunnya Waduk Kedung Ombo menjadikan Makam Pangeran Samudro berada di atas bukit yang menjorok ke tengah Waduk Kedung Ombo. Oleh karena itu, Obyek Wisata Gunung Kemukus juga merupakan salah satu objek wisata tirta di Kabupaten Sragen.
Komplek Makam Pangeran Samudro adalah Obyek Wisata Budaya di Kabupaten Sragen. Kawasan tersebut terdiri dari :
1. Bangunan utama berbentuk rumah joglo dengan dinding batu bata dan bagian atas
berdinding kayu papan. Didalamnya terdapat tiga makam. Satu buah makam besar yang
ditutupi kain selambu adalah makam Pangeran Samudro dan R.Ay. Ontrowulan. Sedangkan dua
makam lainnya adalah makam dua abdi setia Pangeran Samudro yang selalu mengikuti beliau
kemanapun pergi.
2. Di sebelah kanan makam terdapat sendang (sumber air) yang bernama “Sendang Ontrowulan”.
Sendang tersebut merupakan tempat bersuci R.Ay. Ontrowulan ketika akan menemui putranya
yang sudah meninggal. Air sendang tersebut dikenal tidak pernah habis, bahkan di musim
kemarau sekalipun.

Fasilitas Pengunjung

Kawasan Wisata Gunung Kemukus dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung pariwisata yang tentu saja bertujuan untuk menciptakan kenyamanan bagi para pengunjung, antara lain: mushola, kamar kecil, tempat parkir, penginapan, dan ruang informasi.

TIKET MASUK

- Hari Biasa Rp. 3.000,-

- Malam Rabu & Jum’at Pon/Kliwon Rp. 4.000,-

Minggu, 19 Oktober 2008

Bayanan

PEMANDIAN AIR PANAS BAYANAN

Pemandian air panas Bayanan terletak di kawasan utara lereng Gunung Lawu, tepatnya di Desa Jambean, Kecamatan Sambirejo. Jarak dari Kota Sragen ke Bayanan kurang lebih 20 Kilometer, atau sekitar 25 menit perjalanan dengan kendaraan bermotor. Menurut cerita rakyat yang berkembang secara turun temurun, sejak jaman dahulu masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi tersebut sudah meyakini bahwa air Panas Bayanan mengandung banyak khasiat. Berbagai macam penyakit seperti rematik, gatal-gatal dan penyakit-penyakit lainnya dapat sembuh hanya dengan mandi air panas itu. Dahulu orang-orang menyebutnya: Hyang Tirto Nirmolo, artinya penyembuh penyakit. Ceritera mengenai khasiat Air Panas Bayanan rupanya terus berlanjut hingga kini. Para wisatawan, terutama wisatawan lokal dari hari ke hari semakin banyak yang berminat untuk berkunjung ke tempat ini. Keunikan-keunikan yang dapat ditemui pada pemandian Air Panas Bayanan, yaitu sumber air panas keluar atau muncul di tepi sungai di sebalahnya dengan selisih ketinggian 2 meter dan tidak bocor ke sungai. Obyek wisata pemandian air panas Bayanan saat ini dilengkapi denganberbagai fasilitas menarik. Selain air panas alam, juga terdapat taman Rekreasi yang indah dan menawanberisi kolam renang dan jenis-jenis mainan anak-anak, Hutan Wisata dengan kelengkapan bersantai dan tempat peristirahatan, Musholla, panggung hiburan, penjualan souvenis, penginapan, kamar bilas dan toillet serta tempat parkir yang sangat luas.

kembali keatas

MUSEUM PURBAKALA SANGIRAN

Museum purbakala Sangiran merupakan obyek wisata sejarah dan budaya yangs angat banyak menyita perhatian dari segenap kalangan, baik para ilmuwan, mahasiswa, pelajar maupun masyarakat umum. Museum ini terletak di Desa Krikilan, Keamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Jaraknya dari Kota Sragen sekitar 40 Kilometer ke arah barat daya atau sekitar 17 kilometer arah utara Kota Solo. Sangiran sebagaimana diketahui, sejak beberapa puluh tahun silam sudah dikenal di mana-mana tidak hanya di Indonesia melainkan dikenal hampir di seluruh dunia. Mencuatnya nama Sangiran tidak lepas dari penemuan-penemuan benda-benda purbakala pada masa lampau. Tercatat, sebelum perang dunia II meletus sudah banyak ahli sejarah (arkeologi) mancanegara mengadakan penelitian di Sangiran misalnya Prof. Martin (1919), Louis J.C Van Els (1931 dan 1939(, J. Duyfjes (1936) R.W. Van Bemmelen (1937 dan 1949), dan lain-lain.

Pada tahun 1934 seorang ahli paleontologi kelahiran Berlin, Jerman yang bernama GHR Van Koenigswald mengadakan penelitian di daerah Sangiran. Ketika pada tahun 1936 ia untuk pertama kalinya menemukan fosil manusia purba berupa rahang bawah (Mandibula S. 1) Penelitian di daerah Sangiran menjadi semakin menarik perhatian dunia. temuan-temuan berikutnya antara lain: Atap Tengkorak (Callote S.2) pada tahun 1937, atap tengkorak (Callote S.3) tahun 1938, Calvaria S.4, Mandibula S. 5 dan Geligi S. 7 antara tahun 1939 sampai 1941. Kegiatan penelitian di daerah Sangiran sempat terhenti ketika Perang dunia II meletus. Penelitian baru dilanjutkan kembali pada tahun 1952 hingga sekarang. Para pakar Indonesia pun tidak ketinggalan untuk melakukan penelitian terhadap fosil-fosil yang terpendam di daerah Sangiran.

Masyarakat Sangiran ang sudah terlatih dalam hal pengumpulan fosil sejak masa penelitian Van Koenigswald (1034 - 1941) secara diam-diam ikut mengumpulkan fosil-fosil tersebut dan dijual untuk menopang hidupnya. Tentunya tindakan masyarakat Sangiran ini sangat merugikan negara di mana bertentangan dengan Monumenten Crodonantie Staatsblad nomor 238 Tahun 1931. Untuk menghindarinya maka pemerintah Indonesia menetapkan Sangiran merupakan Cagar Budaya yang harus dilindungi. Dewasa ini, museum situs prasejarah Sangiran menyimpan berbagai koleksi fosil baik fosil manusia purba maupunhwan dan tumbuhan-tumbuhan. Fosil-fosil tersebut antara lainL Meganthropus Paleojavanicus, Pithecanthrpus Erectus, Pithecanthropus Mojokertensis, Homo Soloensisi, Homo Spiens, Fosil Kerang Laut Purba, Gading Gajah Purba, Rahang Bawah Kerbau Purba, Kuda Nil Purba, Fosil Kayu, dan masih banyak yang lain.

kembali keatas

MAKAM PANGERAN SAMUDRO DI GUNUNG KEMUKUS

Kehidupan manusia sejak dahulu tidak dapat dipisahkan dari peristiwa adat, misalnya pemujaan pada roh, saranan pada hari-hari tertentu, ziaran ke tempat yang dianggap keramat, ruwatan dan sebagainya. Ziarah ke tempat-tempat keramat saat ini sudah menjadi bagian dari kegiatan wisata yang sangat menarik karena adanya tujuan tertentu. Tempat yang dianggap keramat dan sering dikunjungi adalah petilasan raja-raja, makam orang sakti, dan tempat-tempat lain yang diyakini dapat mempengaruhi kehidupan seseorang. Salah satu tempat keramat dan obyek wisata yang marak dikunjungi yakni Makam Pangeran Samudro di Gunung Kemukus, Sragen. Karena Pangeran Samudro adalah orang yang sakti dan berhasil dalam hidupnya, maka orang-orang mepercayai tempat pemakamannya sebagai obyek yang mempunyai "kekuatan". Sampai kini banyak orang yang datang berziarah "ngalap berkah" agar keinginan-keinginannya terkabul. Biasanya banyak peziarah yang hadir pada hari-hari Kamis Malam Jum'at.

Ada beberapa keunikan yang terdapat di Gunung Kemukus: Air sendang Ontrowulan, kapasitasnya tetap, tidak ebrtambah pada musim penghujan dan tidak berkurang pada musim kemarau; tumbuhnya pohon-pohon langka NAGA-SARI dengan subur di bukit setandus itu; dan para peziarah tidak akan dapat memperoleh apapun jika tidak mematuhi tata cara atau aturan yang ditetapkan. Tata cara/ aturan yang dimaksud antara lain: berkunjung lewat pintu masuk di depan, bersuci di sendang Ontrowulan, Nyekar di Makam Pangeran Samudro dan RA. Ontrowulan, dan tirakat untuk berdoa, di bangsal Makam. Kini di Gunung Kemukus wisatawan dapat menikmati wisata air di Waduk Kedung Ombo. Banyak tersedia perahu dan sampang yang dapat digunakan oelh wisatawan baik hanya sekedar untuk penyebrangan maupun untuk pesiar mengelilingi waduk sambil menikmati pesona alam di sekitarnya.

kembali keatas

KOLAM RENANG KARTIKA

Obyek wisata paling dekat yang dapat dikunjungi setelah melakukan perjalanan jauh yaitu Kolam Renang Kartika. Kolam Renang Kartika berada di dalam Kota Sragen, tepatnya di jalan Veteran berdampingan dengan Stadion Sepak Bola Sragen. Kolam Renang Kartika diresmikan pemakaian untuk umum oleh Bupati Sragen tanggal 26 April 1988, menempati areal seluas kurang lebih 2 hektar. Begitu wisatawan memasuki Taman Wisata Kolam Renang Kartika, pertama yang ditemui adalah lapangan parkir, yang dapat menampung kendaraan kurang lebih 50 buah mobil. Di samping lapangan parkir terdapat sebuah Kolam Pemancingan yang dilengkapi sebuah pondok pemantauan untuk bersantai, serta taman yang ditanami aneka bunga. Setelah memperoleh tanda masuk di loket, maka wisatawan akan memasuki halaman Kolam renang Kartika yang dikelilingi oleh pagar tembok setinggi 3 meter. Kolam Renang KArtika terbagi 2 (dua) bagian utama, yaitu:

  • Kolam renang untuk umum, kolam renang ini memiliki ukuran panjang 25 meter dan lebar 12,5 meter, sedangkan dalamnya sangat bervariasi yaitu 3 meter, 2,5 meter, serta 1,50 meter

  • Kolam renang untuk anak-anak, kolam renang ini mempunyai ukuran panjang 12,5 meter, lebar 3 meter serta dalamnya 60 centimeter.

Untuk menjaga kenyamanan para pelanggan maka kolam renang ini selalu dilakukan pengurasan satu kali dalam seminggu. Kolam Renang Kartika dilengkapi dengan arena permainan anak-anak. Fasilitas yang tersedia adalah papan luncur bergelombang, kamar ganti pakaian putra/putri, toilet, cafetaria, gudang, kantor pengelola, dan lain-lain.

Pariwisata kabupaten sargen

PEMANDIAN AIR PANAS BAYANAN

Pemandian air panas Bayanan terletak di kawasan utara lereng Gunung Lawu, tepatnya di Desa Jambean, Kecamatan Sambirejo. Jarak dari Kota Sragen ke Bayanan kurang lebih 20 Kilometer, atau sekitar 25 menit perjalanan dengan kendaraan bermotor. Menurut cerita rakyat yang berkembang secara turun temurun, sejak jaman dahulu masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi tersebut sudah meyakini bahwa air Panas Bayanan mengandung banyak khasiat. Berbagai macam penyakit seperti rematik, gatal-gatal dan penyakit-penyakit lainnya dapat sembuh hanya dengan mandi air panas itu. Dahulu orang-orang menyebutnya: Hyang Tirto Nirmolo, artinya penyembuh penyakit. Ceritera mengenai khasiat Air Panas Bayanan rupanya terus berlanjut hingga kini. Para wisatawan, terutama wisatawan lokal dari hari ke hari semakin banyak yang berminat untuk berkunjung ke tempat ini. Keunikan-keunikan yang dapat ditemui pada pemandian Air Panas Bayanan, yaitu sumber air panas keluar atau muncul di tepi sungai di sebalahnya dengan selisih ketinggian 2 meter dan tidak bocor ke sungai. Obyek wisata pemandian air panas Bayanan saat ini dilengkapi denganberbagai fasilitas menarik. Selain air panas alam, juga terdapat taman Rekreasi yang indah dan menawanberisi kolam renang dan jenis-jenis mainan anak-anak, Hutan Wisata dengan kelengkapan bersantai dan tempat peristirahatan, Musholla, panggung hiburan, penjualan souvenis, penginapan, kamar bilas dan toillet serta tempat parkir yang sangat luas.

kembali keatas

MUSEUM PURBAKALA SANGIRAN

Museum purbakala Sangiran merupakan obyek wisata sejarah dan budaya yangs angat banyak menyita perhatian dari segenap kalangan, baik para ilmuwan, mahasiswa, pelajar maupun masyarakat umum. Museum ini terletak di Desa Krikilan, Keamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Jaraknya dari Kota Sragen sekitar 40 Kilometer ke arah barat daya atau sekitar 17 kilometer arah utara Kota Solo. Sangiran sebagaimana diketahui, sejak beberapa puluh tahun silam sudah dikenal di mana-mana tidak hanya di Indonesia melainkan dikenal hampir di seluruh dunia. Mencuatnya nama Sangiran tidak lepas dari penemuan-penemuan benda-benda purbakala pada masa lampau. Tercatat, sebelum perang dunia II meletus sudah banyak ahli sejarah (arkeologi) mancanegara mengadakan penelitian di Sangiran misalnya Prof. Martin (1919), Louis J.C Van Els (1931 dan 1939(, J. Duyfjes (1936) R.W. Van Bemmelen (1937 dan 1949), dan lain-lain.

Pada tahun 1934 seorang ahli paleontologi kelahiran Berlin, Jerman yang bernama GHR Van Koenigswald mengadakan penelitian di daerah Sangiran. Ketika pada tahun 1936 ia untuk pertama kalinya menemukan fosil manusia purba berupa rahang bawah (Mandibula S. 1) Penelitian di daerah Sangiran menjadi semakin menarik perhatian dunia. temuan-temuan berikutnya antara lain: Atap Tengkorak (Callote S.2) pada tahun 1937, atap tengkorak (Callote S.3) tahun 1938, Calvaria S.4, Mandibula S. 5 dan Geligi S. 7 antara tahun 1939 sampai 1941. Kegiatan penelitian di daerah Sangiran sempat terhenti ketika Perang dunia II meletus. Penelitian baru dilanjutkan kembali pada tahun 1952 hingga sekarang. Para pakar Indonesia pun tidak ketinggalan untuk melakukan penelitian terhadap fosil-fosil yang terpendam di daerah Sangiran.

Masyarakat Sangiran ang sudah terlatih dalam hal pengumpulan fosil sejak masa penelitian Van Koenigswald (1034 - 1941) secara diam-diam ikut mengumpulkan fosil-fosil tersebut dan dijual untuk menopang hidupnya. Tentunya tindakan masyarakat Sangiran ini sangat merugikan negara di mana bertentangan dengan Monumenten Crodonantie Staatsblad nomor 238 Tahun 1931. Untuk menghindarinya maka pemerintah Indonesia menetapkan Sangiran merupakan Cagar Budaya yang harus dilindungi. Dewasa ini, museum situs prasejarah Sangiran menyimpan berbagai koleksi fosil baik fosil manusia purba maupunhwan dan tumbuhan-tumbuhan. Fosil-fosil tersebut antara lainL Meganthropus Paleojavanicus, Pithecanthrpus Erectus, Pithecanthropus Mojokertensis, Homo Soloensisi, Homo Spiens, Fosil Kerang Laut Purba, Gading Gajah Purba, Rahang Bawah Kerbau Purba, Kuda Nil Purba, Fosil Kayu, dan masih banyak yang lain.

kembali keatas

MAKAM PANGERAN SAMUDRO DI GUNUNG KEMUKUS

Kehidupan manusia sejak dahulu tidak dapat dipisahkan dari peristiwa adat, misalnya pemujaan pada roh, saranan pada hari-hari tertentu, ziaran ke tempat yang dianggap keramat, ruwatan dan sebagainya. Ziarah ke tempat-tempat keramat saat ini sudah menjadi bagian dari kegiatan wisata yang sangat menarik karena adanya tujuan tertentu. Tempat yang dianggap keramat dan sering dikunjungi adalah petilasan raja-raja, makam orang sakti, dan tempat-tempat lain yang diyakini dapat mempengaruhi kehidupan seseorang. Salah satu tempat keramat dan obyek wisata yang marak dikunjungi yakni Makam Pangeran Samudro di Gunung Kemukus, Sragen. Karena Pangeran Samudro adalah orang yang sakti dan berhasil dalam hidupnya, maka orang-orang mepercayai tempat pemakamannya sebagai obyek yang mempunyai "kekuatan". Sampai kini banyak orang yang datang berziarah "ngalap berkah" agar keinginan-keinginannya terkabul. Biasanya banyak peziarah yang hadir pada hari-hari Kamis Malam Jum'at.

Ada beberapa keunikan yang terdapat di Gunung Kemukus: Air sendang Ontrowulan, kapasitasnya tetap, tidak ebrtambah pada musim penghujan dan tidak berkurang pada musim kemarau; tumbuhnya pohon-pohon langka NAGA-SARI dengan subur di bukit setandus itu; dan para peziarah tidak akan dapat memperoleh apapun jika tidak mematuhi tata cara atau aturan yang ditetapkan. Tata cara/ aturan yang dimaksud antara lain: berkunjung lewat pintu masuk di depan, bersuci di sendang Ontrowulan, Nyekar di Makam Pangeran Samudro dan RA. Ontrowulan, dan tirakat untuk berdoa, di bangsal Makam. Kini di Gunung Kemukus wisatawan dapat menikmati wisata air di Waduk Kedung Ombo. Banyak tersedia perahu dan sampang yang dapat digunakan oelh wisatawan baik hanya sekedar untuk penyebrangan maupun untuk pesiar mengelilingi waduk sambil menikmati pesona alam di sekitarnya.

kembali keatas

KOLAM RENANG KARTIKA

Obyek wisata paling dekat yang dapat dikunjungi setelah melakukan perjalanan jauh yaitu Kolam Renang Kartika. Kolam Renang Kartika berada di dalam Kota Sragen, tepatnya di jalan Veteran berdampingan dengan Stadion Sepak Bola Sragen. Kolam Renang Kartika diresmikan pemakaian untuk umum oleh Bupati Sragen tanggal 26 April 1988, menempati areal seluas kurang lebih 2 hektar. Begitu wisatawan memasuki Taman Wisata Kolam Renang Kartika, pertama yang ditemui adalah lapangan parkir, yang dapat menampung kendaraan kurang lebih 50 buah mobil. Di samping lapangan parkir terdapat sebuah Kolam Pemancingan yang dilengkapi sebuah pondok pemantauan untuk bersantai, serta taman yang ditanami aneka bunga. Setelah memperoleh tanda masuk di loket, maka wisatawan akan memasuki halaman Kolam renang Kartika yang dikelilingi oleh pagar tembok setinggi 3 meter. Kolam Renang KArtika terbagi 2 (dua) bagian utama, yaitu:

  • Kolam renang untuk umum, kolam renang ini memiliki ukuran panjang 25 meter dan lebar 12,5 meter, sedangkan dalamnya sangat bervariasi yaitu 3 meter, 2,5 meter, serta 1,50 meter

  • Kolam renang untuk anak-anak, kolam renang ini mempunyai ukuran panjang 12,5 meter, lebar 3 meter serta dalamnya 60 centimeter.

Untuk menjaga kenyamanan para pelanggan maka kolam renang ini selalu dilakukan pengurasan satu kali dalam seminggu. Kolam Renang Kartika dilengkapi dengan arena permainan anak-anak. Fasilitas yang tersedia adalah papan luncur bergelombang, kamar ganti pakaian putra/putri, toilet, cafetaria, gudang, kantor pengelola, dan lain-lain.

Sangiran

Sangiran, Warisan Dunia yang Terlupakan


Ist
Penggalian situs Sangiran (atas).

Untuk dapat masuk ke sana, setiap orang hanya dikenakan biaya tiket Rp 1.500. Tetapi jika dibandingkan dengan hasil yang akan diperoleh, biaya tiket yang dikeluarkan tidak akan ada artinya. Karena, di museum itu pengunjung bisa melihat dari dekat 13.086 koleksi fosil manusia purba, binatang yang hidup pada masa itu, hingga peralatan yang digunakannya.

SRAGEN – Kawasan situs Sangiran merupakan salah satu objek wisata ilmiah yang sangat menarik untuk dikunjungi. Ada potensi pariwisata yang tersimpan di sini. Sayangnya, penilaian itu tidak mampu menarik minat wisatawan, baik lokal maupun asing.

Pada 2002 hanya 25.000 orang yang tercatat datang ke Sangiran. Jumlah itu didominasi pelajar dan mahasiswa. Lebih miris lagi, angka tersebut menunjukkan jumlah turis kian menurun dari tahun ke tahun. Beberapa tahun sebelumnya, situs prasejarah ini sempat menjadi primadona pariwisata khususnya bagi Kabupaten Sragen. Kala itu, pengunjung Situs Sangiran pernah mencapai 100.000 orang. Sejak krisis multidemensi, jumlah pengunjung pun terus berkurang.
Sangiran adalah daerah pedalaman yang terletak di lereng kaki Gunung Lawu, sekitar 17 km ke arah utara dari kota Solo. Secara administratif terletak di Kabupaten Sragen, dan sebagian terletak di Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah.
Luas wilayah situs yang sudah mendapat pengakuan internasional ini, kurang lebih 56 km2 yang mencakup tiga kecamatan di Kabupaten Sragen, yaitu Kecamatan Kalijambe, Gemolong dan Plupuh serta Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar.
Di kawasan ini, Anda bisa menemukan banyak informasi soal sisa-sisa kehidupan masa lampau. Selain itu, terdapat informasi lengkap tentang sejarah kehidupan manusia purba dengan segala hal yang ada di sekelilingnya. Dari soal tempat hidup, pola kehidupannya, satwa yang hidup bersamanya sampai proses terjadinya bentang alam dalam kurun waktu tidak kurang dari 2 juta tahun yang lalu.
”Secara stratigrafis situs ini merupakan situs manusia purba berdiri tegak terlengkap di Asia yang kehidupannya dapat dilihat secara berurutan dan tanpa terputus sejak 2 juta tahun yang lalu hingga 200.000 tahun yang lalu yaitu sejak Kala Pliosen Akhir hingga akhir Pleistosen Tengah,” papar Elfrida Anjarwati, salah seorang arkeolog Museum Sangiran, kepada SH, Sabtu (27/9) siang, di sela press tour bersama Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, I Gede Ardhika.
Dia menjelaskan, berdasarkan penelitian Sangiran awalnya adalah sebuah bukit yang dikenal dengan sebutan ”Kubah Sangiran”. Kubah itu kemudian tererosi pada bagian puncaknya sehingga membentuk sebuah depresi. Pada depresi itulah, tersingkap lapisan-lapisan tanah secara alamiah. Dari sinilah para ahli mendapatkan informasi yang sangat lengkap tentang kehidupan masa lampau
Pada 1977 Sangiran dan sekitarnya ditetapkan sebagai daerah cagar budaya. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 070/0/1977, tanggal 5 Maret 1977. Selanjutnya keputusan itu dikuatkan oleh Komite World Heritage UNESCO pada peringatannya yang ke-20 di Merida, Mexico juga menetapkan kawasan Sangiran sebagai kawasan World Heritage (warisan dunia) No. 593.
Sayang, selain situs bersejarah, Sangiran nyaris tak punya aspek lain yang diandalkan untuk menarik pengunjung. Apabila Anda datang ke Sangiran, jangan berharap untuk mendapatkan suasana lingkungan yang indah dan tertata rapi. Harapan itu sebaiknya dibuang jauh-jauh. Karena, memasuki daerah Sangiran berarti memasuki daerah terbuka yang tandus dan kering (terlebih jika datang pada musim kemarau). Kehidupan Sangiran didominasi kegiatan penduduknya membuat handicraft dari batu. Hasil keterampilan mereka berupa kapak dari batu yang menjadi bawaan manusia prasejarah dulu.
Solusi
Kawasan Sangiran merupakan salah satu objek wisata ilmiah yang kini tengah dikembangkan oleh Pemda Sragen. Bupati Sragen H. Untung Wiyono, menjelaskan bahwa pihaknya sudah mengucurkan dana miliaran rupiah untuk menjadikan Situs Sangiran menjadi salah satu objek wisata andalan yang siap dilempar ke pasaran.
Untuk mewujudkan hal itu, kata Untung Wiyono, ada beberapa langkah yang sudah dilakukan. Pertama dengan membenahi jalan masuk ke kawasan Sangiran, mendirikan menara pemantau berlantai tiga yang di atasnya dilengkapi dengan teleskop untuk melihat Kubah Sangiran. Tidak hanya itu, di lantai dasar juga tersedia home teater. Wisatawan yang datang akan disuguhi film terbaru tentang sejarah Sangiran dan manusia prasejarah pertama yang sudah berdiri tegak dengan durasi 20 menit.
Mereka yang ingin menonton film ini, hanya ditarik biaya murah, Rp 2.000. Di depan menara pantau, kini juga tengah dikerjakan tempat-tempat penginapan berupa home stay. Diharapkan, pembangunan home stay plus pengaspalan jalan, serta penataan kawasan Sangiran akan dapat memancing minat wisatawan nusantara dan mancanegara untuk datang ke sana melihat situs prasejarah terlengkap di Asia tersebut.
Selain itu, kata Bupati Sragen, pada tahun anggaran 2004 hingga 2005, pihaknya juga tengah mempersiapkan hutan prasejarah di kawasan Sangiran. Hutan yang diharapkan menjadi hutan wisata itu akan dibangun di wilayah Pagerejo, dengan luas lahan 230 hektar, yang kini hak kepemilikannya sudah di tangan Pemda Sragen. Di hutan prasejarah ini, Pemda Sragen ingin menciptakan suasana yang benar-benar menggambarkan masa lalu atau paling tidak akan menyerupai jurrasic park.
Setelah puas berkeliling dan melihat wilayah Sangiran lewat teleskop dan film, ada baiknya untuk datang ke museum Prasejarah Sangiran, yang terletak di Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Sragen atau kurang lebih 3 km dari jalan Solo-Purwodadi. Jaraknya tidak jauh dari lokasi menara pantau, kira-kira 4 km. Untuk dapat masuk ke sana, setiap orang hanya dikenakan biaya tiket Rp 1.500. Tetapi jika dibandingkan dengan hasil yang akan diperoleh, biaya tiket yang dikeluarkan tidak akan ada artinya. Karena, di museum itu pengunjung bisa melihat dari dekat 13.086 koleksi fosil manusia purba, binatang yang hidup pada masa itu, hingga peralatan yang digunakannya.
Kepala Museum Prasejarah Rus Mulya, koleksi yang ada tersimpan pada dua tempat, 2.931 di antaranya di ruang display, dan 10.875 di gudang penyimpanan. Masih menurut Rus Mulya, koleksi yang tersimpan di museum dikategorikan dalam kelompok cetakan fosil manusia, fosil hewan bertulang belakang (vertebrata), fosil binatang air, batuan, fosil tumbuhan laut, dan alat-alat batu.
Bahkan, untuk lebih memopulerkan situs prasejarah ini, Pemda Sragen, mulai tahun ajaran 2004-2005 akan memasukkan mata pelajaran tentang Sangiran dalam kurikulum pendidikan pelajar di seluruh Sragen. Pemda Sragen berharap, dengan pengenalan situs ini oleh kalangan pelajar dan mahasiswa, khususnya yang tengah menempuh pendidikan di Sragen, nama besar Sangiran tidak akan hilang dan mudah dilupakan. Selain itu, juga diharapkan lewat pelajaran itu para pelajar bisa menularkan apa yang diperolehnya kepada kawan, saudara, atau kenalannya. Karena, ada pepatah yang mengatakan sepanjang-panjangnya jalan, masih panjang leher ke atas. (SH/Satoto Budi)