Minggu, 19 Oktober 2008

Bayanan

PEMANDIAN AIR PANAS BAYANAN

Pemandian air panas Bayanan terletak di kawasan utara lereng Gunung Lawu, tepatnya di Desa Jambean, Kecamatan Sambirejo. Jarak dari Kota Sragen ke Bayanan kurang lebih 20 Kilometer, atau sekitar 25 menit perjalanan dengan kendaraan bermotor. Menurut cerita rakyat yang berkembang secara turun temurun, sejak jaman dahulu masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi tersebut sudah meyakini bahwa air Panas Bayanan mengandung banyak khasiat. Berbagai macam penyakit seperti rematik, gatal-gatal dan penyakit-penyakit lainnya dapat sembuh hanya dengan mandi air panas itu. Dahulu orang-orang menyebutnya: Hyang Tirto Nirmolo, artinya penyembuh penyakit. Ceritera mengenai khasiat Air Panas Bayanan rupanya terus berlanjut hingga kini. Para wisatawan, terutama wisatawan lokal dari hari ke hari semakin banyak yang berminat untuk berkunjung ke tempat ini. Keunikan-keunikan yang dapat ditemui pada pemandian Air Panas Bayanan, yaitu sumber air panas keluar atau muncul di tepi sungai di sebalahnya dengan selisih ketinggian 2 meter dan tidak bocor ke sungai. Obyek wisata pemandian air panas Bayanan saat ini dilengkapi denganberbagai fasilitas menarik. Selain air panas alam, juga terdapat taman Rekreasi yang indah dan menawanberisi kolam renang dan jenis-jenis mainan anak-anak, Hutan Wisata dengan kelengkapan bersantai dan tempat peristirahatan, Musholla, panggung hiburan, penjualan souvenis, penginapan, kamar bilas dan toillet serta tempat parkir yang sangat luas.

kembali keatas

MUSEUM PURBAKALA SANGIRAN

Museum purbakala Sangiran merupakan obyek wisata sejarah dan budaya yangs angat banyak menyita perhatian dari segenap kalangan, baik para ilmuwan, mahasiswa, pelajar maupun masyarakat umum. Museum ini terletak di Desa Krikilan, Keamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Jaraknya dari Kota Sragen sekitar 40 Kilometer ke arah barat daya atau sekitar 17 kilometer arah utara Kota Solo. Sangiran sebagaimana diketahui, sejak beberapa puluh tahun silam sudah dikenal di mana-mana tidak hanya di Indonesia melainkan dikenal hampir di seluruh dunia. Mencuatnya nama Sangiran tidak lepas dari penemuan-penemuan benda-benda purbakala pada masa lampau. Tercatat, sebelum perang dunia II meletus sudah banyak ahli sejarah (arkeologi) mancanegara mengadakan penelitian di Sangiran misalnya Prof. Martin (1919), Louis J.C Van Els (1931 dan 1939(, J. Duyfjes (1936) R.W. Van Bemmelen (1937 dan 1949), dan lain-lain.

Pada tahun 1934 seorang ahli paleontologi kelahiran Berlin, Jerman yang bernama GHR Van Koenigswald mengadakan penelitian di daerah Sangiran. Ketika pada tahun 1936 ia untuk pertama kalinya menemukan fosil manusia purba berupa rahang bawah (Mandibula S. 1) Penelitian di daerah Sangiran menjadi semakin menarik perhatian dunia. temuan-temuan berikutnya antara lain: Atap Tengkorak (Callote S.2) pada tahun 1937, atap tengkorak (Callote S.3) tahun 1938, Calvaria S.4, Mandibula S. 5 dan Geligi S. 7 antara tahun 1939 sampai 1941. Kegiatan penelitian di daerah Sangiran sempat terhenti ketika Perang dunia II meletus. Penelitian baru dilanjutkan kembali pada tahun 1952 hingga sekarang. Para pakar Indonesia pun tidak ketinggalan untuk melakukan penelitian terhadap fosil-fosil yang terpendam di daerah Sangiran.

Masyarakat Sangiran ang sudah terlatih dalam hal pengumpulan fosil sejak masa penelitian Van Koenigswald (1034 - 1941) secara diam-diam ikut mengumpulkan fosil-fosil tersebut dan dijual untuk menopang hidupnya. Tentunya tindakan masyarakat Sangiran ini sangat merugikan negara di mana bertentangan dengan Monumenten Crodonantie Staatsblad nomor 238 Tahun 1931. Untuk menghindarinya maka pemerintah Indonesia menetapkan Sangiran merupakan Cagar Budaya yang harus dilindungi. Dewasa ini, museum situs prasejarah Sangiran menyimpan berbagai koleksi fosil baik fosil manusia purba maupunhwan dan tumbuhan-tumbuhan. Fosil-fosil tersebut antara lainL Meganthropus Paleojavanicus, Pithecanthrpus Erectus, Pithecanthropus Mojokertensis, Homo Soloensisi, Homo Spiens, Fosil Kerang Laut Purba, Gading Gajah Purba, Rahang Bawah Kerbau Purba, Kuda Nil Purba, Fosil Kayu, dan masih banyak yang lain.

kembali keatas

MAKAM PANGERAN SAMUDRO DI GUNUNG KEMUKUS

Kehidupan manusia sejak dahulu tidak dapat dipisahkan dari peristiwa adat, misalnya pemujaan pada roh, saranan pada hari-hari tertentu, ziaran ke tempat yang dianggap keramat, ruwatan dan sebagainya. Ziarah ke tempat-tempat keramat saat ini sudah menjadi bagian dari kegiatan wisata yang sangat menarik karena adanya tujuan tertentu. Tempat yang dianggap keramat dan sering dikunjungi adalah petilasan raja-raja, makam orang sakti, dan tempat-tempat lain yang diyakini dapat mempengaruhi kehidupan seseorang. Salah satu tempat keramat dan obyek wisata yang marak dikunjungi yakni Makam Pangeran Samudro di Gunung Kemukus, Sragen. Karena Pangeran Samudro adalah orang yang sakti dan berhasil dalam hidupnya, maka orang-orang mepercayai tempat pemakamannya sebagai obyek yang mempunyai "kekuatan". Sampai kini banyak orang yang datang berziarah "ngalap berkah" agar keinginan-keinginannya terkabul. Biasanya banyak peziarah yang hadir pada hari-hari Kamis Malam Jum'at.

Ada beberapa keunikan yang terdapat di Gunung Kemukus: Air sendang Ontrowulan, kapasitasnya tetap, tidak ebrtambah pada musim penghujan dan tidak berkurang pada musim kemarau; tumbuhnya pohon-pohon langka NAGA-SARI dengan subur di bukit setandus itu; dan para peziarah tidak akan dapat memperoleh apapun jika tidak mematuhi tata cara atau aturan yang ditetapkan. Tata cara/ aturan yang dimaksud antara lain: berkunjung lewat pintu masuk di depan, bersuci di sendang Ontrowulan, Nyekar di Makam Pangeran Samudro dan RA. Ontrowulan, dan tirakat untuk berdoa, di bangsal Makam. Kini di Gunung Kemukus wisatawan dapat menikmati wisata air di Waduk Kedung Ombo. Banyak tersedia perahu dan sampang yang dapat digunakan oelh wisatawan baik hanya sekedar untuk penyebrangan maupun untuk pesiar mengelilingi waduk sambil menikmati pesona alam di sekitarnya.

kembali keatas

KOLAM RENANG KARTIKA

Obyek wisata paling dekat yang dapat dikunjungi setelah melakukan perjalanan jauh yaitu Kolam Renang Kartika. Kolam Renang Kartika berada di dalam Kota Sragen, tepatnya di jalan Veteran berdampingan dengan Stadion Sepak Bola Sragen. Kolam Renang Kartika diresmikan pemakaian untuk umum oleh Bupati Sragen tanggal 26 April 1988, menempati areal seluas kurang lebih 2 hektar. Begitu wisatawan memasuki Taman Wisata Kolam Renang Kartika, pertama yang ditemui adalah lapangan parkir, yang dapat menampung kendaraan kurang lebih 50 buah mobil. Di samping lapangan parkir terdapat sebuah Kolam Pemancingan yang dilengkapi sebuah pondok pemantauan untuk bersantai, serta taman yang ditanami aneka bunga. Setelah memperoleh tanda masuk di loket, maka wisatawan akan memasuki halaman Kolam renang Kartika yang dikelilingi oleh pagar tembok setinggi 3 meter. Kolam Renang KArtika terbagi 2 (dua) bagian utama, yaitu:

  • Kolam renang untuk umum, kolam renang ini memiliki ukuran panjang 25 meter dan lebar 12,5 meter, sedangkan dalamnya sangat bervariasi yaitu 3 meter, 2,5 meter, serta 1,50 meter

  • Kolam renang untuk anak-anak, kolam renang ini mempunyai ukuran panjang 12,5 meter, lebar 3 meter serta dalamnya 60 centimeter.

Untuk menjaga kenyamanan para pelanggan maka kolam renang ini selalu dilakukan pengurasan satu kali dalam seminggu. Kolam Renang Kartika dilengkapi dengan arena permainan anak-anak. Fasilitas yang tersedia adalah papan luncur bergelombang, kamar ganti pakaian putra/putri, toilet, cafetaria, gudang, kantor pengelola, dan lain-lain.

Pariwisata kabupaten sargen

PEMANDIAN AIR PANAS BAYANAN

Pemandian air panas Bayanan terletak di kawasan utara lereng Gunung Lawu, tepatnya di Desa Jambean, Kecamatan Sambirejo. Jarak dari Kota Sragen ke Bayanan kurang lebih 20 Kilometer, atau sekitar 25 menit perjalanan dengan kendaraan bermotor. Menurut cerita rakyat yang berkembang secara turun temurun, sejak jaman dahulu masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi tersebut sudah meyakini bahwa air Panas Bayanan mengandung banyak khasiat. Berbagai macam penyakit seperti rematik, gatal-gatal dan penyakit-penyakit lainnya dapat sembuh hanya dengan mandi air panas itu. Dahulu orang-orang menyebutnya: Hyang Tirto Nirmolo, artinya penyembuh penyakit. Ceritera mengenai khasiat Air Panas Bayanan rupanya terus berlanjut hingga kini. Para wisatawan, terutama wisatawan lokal dari hari ke hari semakin banyak yang berminat untuk berkunjung ke tempat ini. Keunikan-keunikan yang dapat ditemui pada pemandian Air Panas Bayanan, yaitu sumber air panas keluar atau muncul di tepi sungai di sebalahnya dengan selisih ketinggian 2 meter dan tidak bocor ke sungai. Obyek wisata pemandian air panas Bayanan saat ini dilengkapi denganberbagai fasilitas menarik. Selain air panas alam, juga terdapat taman Rekreasi yang indah dan menawanberisi kolam renang dan jenis-jenis mainan anak-anak, Hutan Wisata dengan kelengkapan bersantai dan tempat peristirahatan, Musholla, panggung hiburan, penjualan souvenis, penginapan, kamar bilas dan toillet serta tempat parkir yang sangat luas.

kembali keatas

MUSEUM PURBAKALA SANGIRAN

Museum purbakala Sangiran merupakan obyek wisata sejarah dan budaya yangs angat banyak menyita perhatian dari segenap kalangan, baik para ilmuwan, mahasiswa, pelajar maupun masyarakat umum. Museum ini terletak di Desa Krikilan, Keamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Jaraknya dari Kota Sragen sekitar 40 Kilometer ke arah barat daya atau sekitar 17 kilometer arah utara Kota Solo. Sangiran sebagaimana diketahui, sejak beberapa puluh tahun silam sudah dikenal di mana-mana tidak hanya di Indonesia melainkan dikenal hampir di seluruh dunia. Mencuatnya nama Sangiran tidak lepas dari penemuan-penemuan benda-benda purbakala pada masa lampau. Tercatat, sebelum perang dunia II meletus sudah banyak ahli sejarah (arkeologi) mancanegara mengadakan penelitian di Sangiran misalnya Prof. Martin (1919), Louis J.C Van Els (1931 dan 1939(, J. Duyfjes (1936) R.W. Van Bemmelen (1937 dan 1949), dan lain-lain.

Pada tahun 1934 seorang ahli paleontologi kelahiran Berlin, Jerman yang bernama GHR Van Koenigswald mengadakan penelitian di daerah Sangiran. Ketika pada tahun 1936 ia untuk pertama kalinya menemukan fosil manusia purba berupa rahang bawah (Mandibula S. 1) Penelitian di daerah Sangiran menjadi semakin menarik perhatian dunia. temuan-temuan berikutnya antara lain: Atap Tengkorak (Callote S.2) pada tahun 1937, atap tengkorak (Callote S.3) tahun 1938, Calvaria S.4, Mandibula S. 5 dan Geligi S. 7 antara tahun 1939 sampai 1941. Kegiatan penelitian di daerah Sangiran sempat terhenti ketika Perang dunia II meletus. Penelitian baru dilanjutkan kembali pada tahun 1952 hingga sekarang. Para pakar Indonesia pun tidak ketinggalan untuk melakukan penelitian terhadap fosil-fosil yang terpendam di daerah Sangiran.

Masyarakat Sangiran ang sudah terlatih dalam hal pengumpulan fosil sejak masa penelitian Van Koenigswald (1034 - 1941) secara diam-diam ikut mengumpulkan fosil-fosil tersebut dan dijual untuk menopang hidupnya. Tentunya tindakan masyarakat Sangiran ini sangat merugikan negara di mana bertentangan dengan Monumenten Crodonantie Staatsblad nomor 238 Tahun 1931. Untuk menghindarinya maka pemerintah Indonesia menetapkan Sangiran merupakan Cagar Budaya yang harus dilindungi. Dewasa ini, museum situs prasejarah Sangiran menyimpan berbagai koleksi fosil baik fosil manusia purba maupunhwan dan tumbuhan-tumbuhan. Fosil-fosil tersebut antara lainL Meganthropus Paleojavanicus, Pithecanthrpus Erectus, Pithecanthropus Mojokertensis, Homo Soloensisi, Homo Spiens, Fosil Kerang Laut Purba, Gading Gajah Purba, Rahang Bawah Kerbau Purba, Kuda Nil Purba, Fosil Kayu, dan masih banyak yang lain.

kembali keatas

MAKAM PANGERAN SAMUDRO DI GUNUNG KEMUKUS

Kehidupan manusia sejak dahulu tidak dapat dipisahkan dari peristiwa adat, misalnya pemujaan pada roh, saranan pada hari-hari tertentu, ziaran ke tempat yang dianggap keramat, ruwatan dan sebagainya. Ziarah ke tempat-tempat keramat saat ini sudah menjadi bagian dari kegiatan wisata yang sangat menarik karena adanya tujuan tertentu. Tempat yang dianggap keramat dan sering dikunjungi adalah petilasan raja-raja, makam orang sakti, dan tempat-tempat lain yang diyakini dapat mempengaruhi kehidupan seseorang. Salah satu tempat keramat dan obyek wisata yang marak dikunjungi yakni Makam Pangeran Samudro di Gunung Kemukus, Sragen. Karena Pangeran Samudro adalah orang yang sakti dan berhasil dalam hidupnya, maka orang-orang mepercayai tempat pemakamannya sebagai obyek yang mempunyai "kekuatan". Sampai kini banyak orang yang datang berziarah "ngalap berkah" agar keinginan-keinginannya terkabul. Biasanya banyak peziarah yang hadir pada hari-hari Kamis Malam Jum'at.

Ada beberapa keunikan yang terdapat di Gunung Kemukus: Air sendang Ontrowulan, kapasitasnya tetap, tidak ebrtambah pada musim penghujan dan tidak berkurang pada musim kemarau; tumbuhnya pohon-pohon langka NAGA-SARI dengan subur di bukit setandus itu; dan para peziarah tidak akan dapat memperoleh apapun jika tidak mematuhi tata cara atau aturan yang ditetapkan. Tata cara/ aturan yang dimaksud antara lain: berkunjung lewat pintu masuk di depan, bersuci di sendang Ontrowulan, Nyekar di Makam Pangeran Samudro dan RA. Ontrowulan, dan tirakat untuk berdoa, di bangsal Makam. Kini di Gunung Kemukus wisatawan dapat menikmati wisata air di Waduk Kedung Ombo. Banyak tersedia perahu dan sampang yang dapat digunakan oelh wisatawan baik hanya sekedar untuk penyebrangan maupun untuk pesiar mengelilingi waduk sambil menikmati pesona alam di sekitarnya.

kembali keatas

KOLAM RENANG KARTIKA

Obyek wisata paling dekat yang dapat dikunjungi setelah melakukan perjalanan jauh yaitu Kolam Renang Kartika. Kolam Renang Kartika berada di dalam Kota Sragen, tepatnya di jalan Veteran berdampingan dengan Stadion Sepak Bola Sragen. Kolam Renang Kartika diresmikan pemakaian untuk umum oleh Bupati Sragen tanggal 26 April 1988, menempati areal seluas kurang lebih 2 hektar. Begitu wisatawan memasuki Taman Wisata Kolam Renang Kartika, pertama yang ditemui adalah lapangan parkir, yang dapat menampung kendaraan kurang lebih 50 buah mobil. Di samping lapangan parkir terdapat sebuah Kolam Pemancingan yang dilengkapi sebuah pondok pemantauan untuk bersantai, serta taman yang ditanami aneka bunga. Setelah memperoleh tanda masuk di loket, maka wisatawan akan memasuki halaman Kolam renang Kartika yang dikelilingi oleh pagar tembok setinggi 3 meter. Kolam Renang KArtika terbagi 2 (dua) bagian utama, yaitu:

  • Kolam renang untuk umum, kolam renang ini memiliki ukuran panjang 25 meter dan lebar 12,5 meter, sedangkan dalamnya sangat bervariasi yaitu 3 meter, 2,5 meter, serta 1,50 meter

  • Kolam renang untuk anak-anak, kolam renang ini mempunyai ukuran panjang 12,5 meter, lebar 3 meter serta dalamnya 60 centimeter.

Untuk menjaga kenyamanan para pelanggan maka kolam renang ini selalu dilakukan pengurasan satu kali dalam seminggu. Kolam Renang Kartika dilengkapi dengan arena permainan anak-anak. Fasilitas yang tersedia adalah papan luncur bergelombang, kamar ganti pakaian putra/putri, toilet, cafetaria, gudang, kantor pengelola, dan lain-lain.

Sangiran

Sangiran, Warisan Dunia yang Terlupakan


Ist
Penggalian situs Sangiran (atas).

Untuk dapat masuk ke sana, setiap orang hanya dikenakan biaya tiket Rp 1.500. Tetapi jika dibandingkan dengan hasil yang akan diperoleh, biaya tiket yang dikeluarkan tidak akan ada artinya. Karena, di museum itu pengunjung bisa melihat dari dekat 13.086 koleksi fosil manusia purba, binatang yang hidup pada masa itu, hingga peralatan yang digunakannya.

SRAGEN – Kawasan situs Sangiran merupakan salah satu objek wisata ilmiah yang sangat menarik untuk dikunjungi. Ada potensi pariwisata yang tersimpan di sini. Sayangnya, penilaian itu tidak mampu menarik minat wisatawan, baik lokal maupun asing.

Pada 2002 hanya 25.000 orang yang tercatat datang ke Sangiran. Jumlah itu didominasi pelajar dan mahasiswa. Lebih miris lagi, angka tersebut menunjukkan jumlah turis kian menurun dari tahun ke tahun. Beberapa tahun sebelumnya, situs prasejarah ini sempat menjadi primadona pariwisata khususnya bagi Kabupaten Sragen. Kala itu, pengunjung Situs Sangiran pernah mencapai 100.000 orang. Sejak krisis multidemensi, jumlah pengunjung pun terus berkurang.
Sangiran adalah daerah pedalaman yang terletak di lereng kaki Gunung Lawu, sekitar 17 km ke arah utara dari kota Solo. Secara administratif terletak di Kabupaten Sragen, dan sebagian terletak di Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah.
Luas wilayah situs yang sudah mendapat pengakuan internasional ini, kurang lebih 56 km2 yang mencakup tiga kecamatan di Kabupaten Sragen, yaitu Kecamatan Kalijambe, Gemolong dan Plupuh serta Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar.
Di kawasan ini, Anda bisa menemukan banyak informasi soal sisa-sisa kehidupan masa lampau. Selain itu, terdapat informasi lengkap tentang sejarah kehidupan manusia purba dengan segala hal yang ada di sekelilingnya. Dari soal tempat hidup, pola kehidupannya, satwa yang hidup bersamanya sampai proses terjadinya bentang alam dalam kurun waktu tidak kurang dari 2 juta tahun yang lalu.
”Secara stratigrafis situs ini merupakan situs manusia purba berdiri tegak terlengkap di Asia yang kehidupannya dapat dilihat secara berurutan dan tanpa terputus sejak 2 juta tahun yang lalu hingga 200.000 tahun yang lalu yaitu sejak Kala Pliosen Akhir hingga akhir Pleistosen Tengah,” papar Elfrida Anjarwati, salah seorang arkeolog Museum Sangiran, kepada SH, Sabtu (27/9) siang, di sela press tour bersama Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, I Gede Ardhika.
Dia menjelaskan, berdasarkan penelitian Sangiran awalnya adalah sebuah bukit yang dikenal dengan sebutan ”Kubah Sangiran”. Kubah itu kemudian tererosi pada bagian puncaknya sehingga membentuk sebuah depresi. Pada depresi itulah, tersingkap lapisan-lapisan tanah secara alamiah. Dari sinilah para ahli mendapatkan informasi yang sangat lengkap tentang kehidupan masa lampau
Pada 1977 Sangiran dan sekitarnya ditetapkan sebagai daerah cagar budaya. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 070/0/1977, tanggal 5 Maret 1977. Selanjutnya keputusan itu dikuatkan oleh Komite World Heritage UNESCO pada peringatannya yang ke-20 di Merida, Mexico juga menetapkan kawasan Sangiran sebagai kawasan World Heritage (warisan dunia) No. 593.
Sayang, selain situs bersejarah, Sangiran nyaris tak punya aspek lain yang diandalkan untuk menarik pengunjung. Apabila Anda datang ke Sangiran, jangan berharap untuk mendapatkan suasana lingkungan yang indah dan tertata rapi. Harapan itu sebaiknya dibuang jauh-jauh. Karena, memasuki daerah Sangiran berarti memasuki daerah terbuka yang tandus dan kering (terlebih jika datang pada musim kemarau). Kehidupan Sangiran didominasi kegiatan penduduknya membuat handicraft dari batu. Hasil keterampilan mereka berupa kapak dari batu yang menjadi bawaan manusia prasejarah dulu.
Solusi
Kawasan Sangiran merupakan salah satu objek wisata ilmiah yang kini tengah dikembangkan oleh Pemda Sragen. Bupati Sragen H. Untung Wiyono, menjelaskan bahwa pihaknya sudah mengucurkan dana miliaran rupiah untuk menjadikan Situs Sangiran menjadi salah satu objek wisata andalan yang siap dilempar ke pasaran.
Untuk mewujudkan hal itu, kata Untung Wiyono, ada beberapa langkah yang sudah dilakukan. Pertama dengan membenahi jalan masuk ke kawasan Sangiran, mendirikan menara pemantau berlantai tiga yang di atasnya dilengkapi dengan teleskop untuk melihat Kubah Sangiran. Tidak hanya itu, di lantai dasar juga tersedia home teater. Wisatawan yang datang akan disuguhi film terbaru tentang sejarah Sangiran dan manusia prasejarah pertama yang sudah berdiri tegak dengan durasi 20 menit.
Mereka yang ingin menonton film ini, hanya ditarik biaya murah, Rp 2.000. Di depan menara pantau, kini juga tengah dikerjakan tempat-tempat penginapan berupa home stay. Diharapkan, pembangunan home stay plus pengaspalan jalan, serta penataan kawasan Sangiran akan dapat memancing minat wisatawan nusantara dan mancanegara untuk datang ke sana melihat situs prasejarah terlengkap di Asia tersebut.
Selain itu, kata Bupati Sragen, pada tahun anggaran 2004 hingga 2005, pihaknya juga tengah mempersiapkan hutan prasejarah di kawasan Sangiran. Hutan yang diharapkan menjadi hutan wisata itu akan dibangun di wilayah Pagerejo, dengan luas lahan 230 hektar, yang kini hak kepemilikannya sudah di tangan Pemda Sragen. Di hutan prasejarah ini, Pemda Sragen ingin menciptakan suasana yang benar-benar menggambarkan masa lalu atau paling tidak akan menyerupai jurrasic park.
Setelah puas berkeliling dan melihat wilayah Sangiran lewat teleskop dan film, ada baiknya untuk datang ke museum Prasejarah Sangiran, yang terletak di Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Sragen atau kurang lebih 3 km dari jalan Solo-Purwodadi. Jaraknya tidak jauh dari lokasi menara pantau, kira-kira 4 km. Untuk dapat masuk ke sana, setiap orang hanya dikenakan biaya tiket Rp 1.500. Tetapi jika dibandingkan dengan hasil yang akan diperoleh, biaya tiket yang dikeluarkan tidak akan ada artinya. Karena, di museum itu pengunjung bisa melihat dari dekat 13.086 koleksi fosil manusia purba, binatang yang hidup pada masa itu, hingga peralatan yang digunakannya.
Kepala Museum Prasejarah Rus Mulya, koleksi yang ada tersimpan pada dua tempat, 2.931 di antaranya di ruang display, dan 10.875 di gudang penyimpanan. Masih menurut Rus Mulya, koleksi yang tersimpan di museum dikategorikan dalam kelompok cetakan fosil manusia, fosil hewan bertulang belakang (vertebrata), fosil binatang air, batuan, fosil tumbuhan laut, dan alat-alat batu.
Bahkan, untuk lebih memopulerkan situs prasejarah ini, Pemda Sragen, mulai tahun ajaran 2004-2005 akan memasukkan mata pelajaran tentang Sangiran dalam kurikulum pendidikan pelajar di seluruh Sragen. Pemda Sragen berharap, dengan pengenalan situs ini oleh kalangan pelajar dan mahasiswa, khususnya yang tengah menempuh pendidikan di Sragen, nama besar Sangiran tidak akan hilang dan mudah dilupakan. Selain itu, juga diharapkan lewat pelajaran itu para pelajar bisa menularkan apa yang diperolehnya kepada kawan, saudara, atau kenalannya. Karena, ada pepatah yang mengatakan sepanjang-panjangnya jalan, masih panjang leher ke atas. (SH/Satoto Budi)